Ini terjadi di Papua, Kabupaten Jayapura, Sentani
PGGJ (Persekutuan Gereja-Gereja Jayapura), menolak adzan speaker luar, melarang jilbab di Jayapura bagi siswi, serta melarang pembangunan menara Masjid Al Aqsha di Jayapura, melarang masjid di perumahan BTN, dll.
Mereka mengklaim Jayapura adalah tanah yang telah ditebus darah Yesus
Mereka melayangkan protes ke Pemerintah Daerah Jayapura, dan memberi waktu 14 hari mesti ada tindakan dari pemerintah setempat, jika tidak maka mereka akan melakukan tindakan sendiri
Berita ini viral di medsos, dan berupa surat lima lembar yang ditandatangani 15 pendeta dari berbagai gereja yang berbeda
Peristiwa ini adalah UJIAN atas kejujuran mereka yang sering menyerukan “Hargai Minoritas”, sebab di sana umat Islamlah yang minoritas
Peristiwa ini adalah ujian atas keberpihakan para pendekar liberalis dan sekuler terhadap HAM yang mereka sering gaungkan. Apakah bibir mereka sariawan semua jika yang jadi korban adalah umat Islam?
Peristiwa ini juga ujian bagi pemerintah pusat untuk membuktikan bahwa rezim ini bukan anti Islam. Maka dari itu pemerintah pusat tidak boleh melakukan pembiaran. Jangan sampai ada kesan keras terhadap umat Islam saja, tapi diam terhadap radikalisme yang lainnya
Peristiwa ini juga menjadi ujian atas profesionalisme media-media sekelas Metro TV, Kompas, Tempo, Beritasatu, apakah mereka mau memberitakannya dan menyebutnya sebagai tindakan intoleran dan radikalisme? Atau jangan-jangan diberitakan juga tapi dengan posisi umat Islam di sana yang disalahkan? Kita lihat saja.
Ketahuilah, Islam agama fitrah, sesuai dengan fitrah manusia, maka kehadirannya tidak akan bisa dicegah. Cepat atau lambat Islam akan hadir sampai di sudut-sudut rumah seluruh umat manusia, hatta di rumah mereka-mereka yang hari ini membencinya.
Wallahul Musta’an.
✍ Ust. Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah