Home AKHLAK & ADAB

Dunia yang Menggiurkan

392
SHARE
Dunia Yang Menggiurkan

Kesenangan dunia itu sangat menggoda. Dunia diambil dari kata danaa yang artinya dekat, itu menunjukkan nikmat dunia yang tidak lama dan cepat hilang. Nikmatnya makanan lezat hanya di  lidah, begitu pula manisnya madu. Jika masuk ke kerongkongan tidak beda antara empedu dan gula. Nikmatnya rekreasi hanya saat dalam persiapan dan perjalanan, jika sudah sampai di tempat tujuan, berapa lama bisa bertahan, pasti lahir rasa bosan dan ingin pulang. Begitu juga pada kenikmatan-kenikmatan lainnya. Tapi, walau singkat dan cepat hilang, godaan kenikmatan dunia sangat menggiurkan, banyak sudah yang menjadi korbannya, baik laki perempuan, tokoh dan awam, orang shalih, dan orang jahat.

Begitulah dunia, bagaikan wanita cantik jelita yang menggoda mata laki-laki dan tidak jemu memandangnya, yang menjanjikan kenikmatan dan keabadian, padahal itu semu, tapi dibalik itu ada kesengsaraan panjang menantinya.

Benar kata Abu Bakar Ash Shidiq Radhiallahu ‘Anhu:

لا خير فى خير بعده نار و لا شر فى شر بعده الجنة

Tidak ada kebaikan pada kebaikan yang setelahnya ternyata neraka. Tidak ada keburukan pada keburukan yang setelahnya ternyata surga.

Maka, jangan sia-siakan dunia dengan kesenangannya tapi perbanyaklah investasi bekal akhirat. Lihatlah salafush shalih, Imam Al Hakim meriwayatkan dari Zaid bin Arqam Radhiallahu ‘Anhu, dia bercerita:

كُنَّا مَعَ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَدَعَا بِشَرَابٍ فَأُتِيَ بِمَاءٍ وَعَسَلٍ فَلَمَّا أَدْنَاهُ مِنْ فِيهِ بَكَى وَبَكَى حَتَّى أَبْكَى أَصْحَابَهُ فَسَكَتُوا وَمَا سَكَتَ، ثُمَّ عَادَ فَبَكَى حَتَّى ظَنُّوا أَنَّهُمْ لَنْ يَقْدِرُوا عَلَى مَسْأَلَتِهِ، قَالَ: ثُمَّ مَسَحَ عَيْنَيْهِ فَقَالُوا: يَا خَلِيفَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَبْكَاكَ؟ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَيْتُهُ يَدْفَعُ عَنْ نَفْسِهِ شَيْئًا وَلَمْ أَرَ مَعَهُ أَحَدًا فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الَّذِي تَدْفَعُ عَنْ نَفْسِكَ؟ قَالَ: «هَذِهِ الدُّنْيَا مُثِّلَتْ لِي فَقُلْتُ لَهَا إِلَيْكِ عَنِّي ثُمَّ رَجَعَتْ فَقَالَتْ إِنْ أَفْلَتَّ مِنِّي فَلَنْ يَنْفَلِتَ مِنِّي مَنْ بَعْدَكَ

Suatu ketika Abu Bakar meminta diambilkan air minum karena haus, maka diambilkan untuknya semangkuk air yang telah dicampur madu. Ketika bibirnya sudah menyentuh tepi mangkuk, menangislah beliau. Para sahabat di sekitarnya terharu melihat pemandangan itu, mereka pun turut menangis. Sejenak tangis mereka reda, saat tangis Abu Bakar reda,  tetapi Abu Bakar kembali menangis. Mereka menyangka tidak akan bisa menanyakannya.

Saat Abu Bakar mengusap kedua matanya, mereka berkata kepada Abu Bakar : “Wahai Abu Bakar, khalifah Rasulullah, mengapa Anda menangis?” Abu Bakar menjawab: “Pernah suatu saat aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Beliau nampak sedang menghalau sesuatu dari dirinya, padahal aku tidak melihat siapa pun. Maka aku bertanya: “Wahai Rasulullah, siapa yang Anda halau?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Sesungguhnya dunia ini tampak bersolek di hadapanku, maka aku berkata padanya, enyahlah kau dariku, enyahlah!” Lalu dunia kembali lagi dan berkata, “Kalaulah engkau dapat lolos dariku, tetapi orang-orang setelah engkau sama sekali tidak akan lolos dari godaanku.”

Dalam riwayat Al Bazzar ada tambahan, Abu Bakar berkata:

فَشَقَّ عَلَيَّ وَخَشِيتُ أَنْ أَكُونَ قَدْ خَالَفْتُ أَمْرَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَحِقَتْنِي الدُّنْيَا

Maka dunia mendekatiku, aku takut telah menyelisihi perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu dunia berhasil menangkapku.” (Imam Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain No. 7856, katanya: isnadnya shahih, Imam Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 10039, Imam Al Bazzar dalam  Musnadnya No. 44, Al Haitsami berkata tentang sanad Al Bazzar: dalam sanadnya terdapat Abdul Wahid bin Zaid, mayoritas mengatakan dia dhaif, Ibnu Hibban mengatakan terpercaya. Dia mengatakan haditsnya bisa diambil jika perawi sebelum dan sesudah dia adalah orang yang terpercaya. Adapun perawi lain semunya terpercaya. (Majma’ Az Zawaid, 10/254), Imam Abu Nu’aim, Hilyatul Auliya’, 6/164)

Suatu malam Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu, berkunjung ke rumah Abu Darda Radhiallahu ‘Anhu, terjadi dialog di antara mereka:

فَقَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَتَذْكُرُ حَدِيثًا حَدَّثَنَاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: أَيُّ حَدِيثٍ؟ قَالَ: «لِيَكُنْ بَلَاغُ أَحَدِكُمْ مِنَ الدُّنْيَا كَزَادِ الرَّاكِبِ» قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَمَاذَا فَعَلْنَا بَعْدَهُ يَا عُمَرُ؟ قَالَ: فَمَا زَالَا يَتَجَاوَبَانِ بِالْبُكَاءِ حَتَّى أَضْحَيَا

Abu Darda berkata: “Apakah kau ingat sebuah hadits yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ kepada kita?”

Umar bertanya: “Hadits yang mana?”

Abu Darda berkata: “Hendaknya bekal kalian di dunia seperti bekal seorang penunggang (musafir).”

Umar menjawab: “Ya.”

Abu Darda berkata: “Sekarang, apa yang kita lakukan setelah Rasulullah wafat, wahai Umar?”

Maka, mereka berdua menangis sampai pagi hari. (Abu Zaid Umar bin Syubbah, Tarikh Al Madinah, 3/835)

Bahkan, Imam Asy Syafi’iy begitu khawatir minum air yang dingin khawatir jatuh pada kecintaan kepada dunia, beliau berkata:

والله لو علمت أن الماء البارد يثلم من مروءتي شيئا ما شربت إلا حارا ً .

Demi Allah, seandainya aku tahu bahwa air dingin dapat melipat kewibawaanku sedikit saja, niscaya aku hanya meminum air panas saja. (Jawaahir min Aqwaal As Salaf No. 37)

Ya Allah … Jadikanlah dunia di tangan kami, bukan di hati kami. Amiin …

Ust. Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah