Home KONSULTASI SYARIAH

Mendoakan Seseorang dengan Menyebut Namanya

1900
SHARE
Mendoakan Seseorang dengan Menyebut Namanya

Pertanyaan:

Ustadz, adakah contoh atau riwayat yang menjadi dalil bolehnya menyebut nama yang kita kagumi dalam doa? Mengapa para asatidz kita membolehkan?

Jawaban Ustadz Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah:

Bismillahirrahmanirrahim.

Jika menyebut nama seseorang di LUAR shalat, sepakat semua ulama kebolehannya.

Imam Abul ‘Ala Al Mubarkafuriy menceritakan dalam Tuhfah Al Ahwadzi, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa setelah shalat Zhuhur secara khusus untuk para sahabatnya yang sedang ditawan musuhnya.

Imam Ahmad bin Hambal senantiasa mendoakan kebaikan kepada gurunya, Imam Asy Syafi’iy, secara khusus selama 30 tahun lamanya. Imam Hasan Al Bashri mendoakan secara khusus kebinasaan untuk penguasa zhalim di Baghdad, Al Hajaj bin Yusuf Ats Tsaqafi.

Adapun jika dalam shalat, maka para ulama berbeda pendapat.

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah mengatakan:

وَهَلْ يَجُوزُ أَنْ يَدْعُوَ لَإِنْسَانٍ بِعَيْنِهِفِي صَلَاتِهِ؟ عَلَى رِوَايَتَيْنِ: إحْدَاهُمَا يَجُوزُ. قَالَ الْمَيْمُونِيُّ: سَمِعْت أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ لِابْنِ الشَّافِعِيِّ: أَنَا أَدْعُو لِقَوْمٍ مُنْذُ سِنِينَ فِي صَلَاتِي؛ أَبُوك أَحَدُهُمْ. وَقَدْ رُوِيَ ذَلِكَ عَنْ عَلِيٍّ، وَأَبِي الدَّرْدَاءِ، وَاخْتَارَهُ ابْنُ الْمُنْذِرِ «؛ لِقَوْلِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -فِي قُنُوتِهِ: اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ، وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ، وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ، وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ» . وَلِأَنَّهُ دُعَاءٌ لِبَعْضِ الْمُؤْمِنِينَ. فَأَشْبَهَ مَا لَوْ قَالَ: ” رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ “. وَالْأُخْرَى لَا يَجُوزُ.
وَكَرِهَهُ عَطَاءٌ وَالنَّخَعِيُّ؛ لِشَبَهِهِ بِكَلَامِ الْآدَمِيِّينَ، وَلِأَنَّهُ دُعَاءٌ لِمُعَيَّنٍ، فَلَمْ يَجُزْ، كَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ، وَقَدْ دَلَّ عَلَى الْمَنْعِ مِنْ تَشْمِيتِ الْعَاطِسِ حَدِيثُ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ.

“Apakah boleh mendoakan seseorang secara spesifik di dalam shalat?”

Ada dua riwayat: Pertama. BOLEH. Al Maimuniy berkata: Aku mendengar Abu Abdillah [Imam Ahmad bin Hambal] berkata kepada anaknya Imam Asy Syafi’iy: “Aku mendoakan segolongan manusia selama bertahun-tahun dalam shalatku, ayahmu salah satunya.”

Hal seperti ini juga diriwayatkan dari Ali, Abu Darda, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnul Mundzir, berdasarkan doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam qunutnya: Ya Allah, selamatkan Al Walid bin Al Walid, ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah, Salamah bin Hisyam, dan orang-orang lemah dari kaum mu’minin. Ini adalah doa sesama orang beriman.

Ini mirip dengan doa: Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtuaku.

Kedua. TIDAK BOLEH. Hal ini makruh menurut ‘Atha dan An Nakha’iy, ini mirip dengan ucapan manusia [yang masuk ke dalam shalat], sebab hal itu doa yang spesifik dan itu tidak boleh. Sama dengan tidak bolehnya menjawab orang bersin dalam shalat. Terdapat dalil yang menunjukkan larangan menjawab bersin saat shalat dari Muawiyah bin Hakam As Sulamiy. (Al Mughniy, 1/394)

Semantara golongan Malikiyah juga mengatakan BOLEH, dan itu tidak membatalkan shalat.

Imam Khalil bin Ishaq Al Malikiy berkata:

وَلَوْ قَالَ: يَا فُلَانُ فَعَلَ اللَّهُ بِك كذا لم تبطل

Seandainya dia berdoa: “Wahai Fulan! Allah telah berbuat begini denganmu”, tidaklah membatalkan shalat. (Mukhtashar Al Khalil, 1/33)

Demikian. Wallahu A’lam.