Home LAIN-LAIN AN NASHAA-IH

Tahun Baru Hijriyah, Tahun Baru Umat Islam

500
SHARE

– Setiap umat ada sejarah dan peradabannya masing-masing

– Termasuk keberadaan hari-hari istimewa yang menjadi kesepakatan masing masing peradaban tersebut

– Nabi kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menyampaikan dalam beberapa hadits shahih bahwa hari raya kita adalah Idul Fitri, Idul Adha, Hari Arafah, hari tasyriq, bahkan hari Jumat yang paling utama

– Tapi, sahabat yang mulia, Umar Al Faruq Radhiallahu ‘Anhu, menggagas bahwa peristiwa hijrah Nabi dan para sahabat dari Makkah ke Madinah adalah titik tolak penanggalan awal tahun Islam, sehingga sering disebut tahun Hijriyah

– Ini bukan tasyabbuh (menyerupai) orang kafir dengan tahun-tahun dan penanggalan yang mereka miliki, tapi justru pembeda dengan mereka

– Ini juga bukan bid’ah, para sahabat menyepakatinya, lalu oleh generasi selanjutnya dari masa ke masa

– Ini penting dan besar, sebab kalau tidak, buat apa sampai dijadikan sebagai titik awal penanggalan kaum muslimin

– Namun, walau demikian tidak ada ”

” apapun pada saat tahun baru Hijriyah

– Tugas kita adalah tidak melupakan sejarahnya, sebab pada umat terdahulu ada pelajaran, apalagi pada generasi yang terbaik umat ini. Kata Nabi tentang kisah Bani Israel: hadditsuu ‘anhum walaa haraj – kisahkanlah dari mereka, tidak apa-apa, maka apalagi kisah-kisah Nabi dan sahabatnya

– Maka, ambil pelajaran hijrah mereka, jika mereka hijrah makani (perpindahan tempat), al intiqal min biladil kufri ila biladit tauhid– pindah dari negeri kufur ke negeri tauhid, maka kita hari ini hijrah ma’nawi (hijrah mentalitas dan moralitas), al intiqal minal ma’shiyah ilat tha’ahminasy syirki ilat tauhid – perpindahan dari maksiat menuju taat, dari syirik menuju tauhid, dan seterusnya

– Inilah pelajaran yang seharusnya tiap tahun kita petik

– Tapi, sayang, tiap kali datang tahun baru hijriyah, saat itu pula kaum muslimin banyak yang melupakan sejarahnya

– Tiap kali datang tahun baru, datang lagi perdebatan tentang doa akhir dan awal tahun, boleh atau tidak, diulang lagi diulang lagi, sementara esensi hijrahnya tidak tersentuh

– Sehingga patut jika ada yang menyindir, tidak ada peristiwa-peristiwa besar pada umat Islam melainkan pasti disikapi dengan perselisihan; masuk dan berakhirnya Ramadhan, masuknya 10 Dzulhijjah (Idul Adha)

– Tidak apa berbeda pendapat, tapi tahan lisan dan tulisan dari mentabdi‘ saudaranya, atau sebelah sana menyerang balik yang sebelah situ

– Akhirnya, musuh asyik bertepuk tangan melihat umat Islam bangga bercakar-cakaran. Kata mereka kepada umat Islam: Syukran jaziiilan! Terima kasih banyak! Setengah tugas kami sudan selesai oleh perilaku kalian sendiri, wahai Umat Islam.

🖋 Ustadz Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah