Home LAIN-LAIN DAKWAH

Syaikh Al Banna dan Syaikh Sayyid Quthb Rahmatullah ‘Alaihima: Kata Ulama Tentang Mereka

912
SHARE
Syaikh Al Banna dan Syaikh Sayyid Quthb Rahmatullah ‘Alaihima: Kata Ulama Tentang Mereka
  1. Untuk Syaikh Hasan Al Banna …..

Pertama:

Syaikh Al Albani memuji Syaikh Hasan Al Banna dan Menyebutkan Keutamaannya Bagi Pemuda Islam

Berkata Syaikh Al Albani Rahimahullah:

“Dahulu saya memiliki (ucapan tidak jelas) Al Kitabiyah At Tahririyah, bersama Al Ustadz Asy Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah barangkali sebagian kalian –sebagian hadirin diantara kalian- ingat ketika majalah Al Ikhwan Al Muslimun terbit di Kairo, yang diterbitkan oleh penerbitan Jamaah Al Ikhwan Al Muslimin. Saat itu Al Ustadz Sayyid Sabiq pertama kali menyebarkan artikelnya tentang Fiqhus Sunnah, setelah itu artikel ini menjadi tulisan yang bermanfaat bagi kaum muslimin  dengan mengambil   metode dalam Fiqih Islam, sesuai metode Al Quran dan As Sunnah.

Artikel ini pada akhirnya menjadi kitab Fiqhus Sunnah yang dikarang Sayyid Sabiq, saya pun mulai menela’ahnya, yakni ketika dia terkumpul menjadi buku. Saya memulai memberikan beberapa catatan, lalu saya menulisnya di Majalah, saya meminta mereka untuk menyebarkan dan memperbanyaknya, bukan hanya ini, bahkan sampai kepada saya tulisan yang memotivasi dari Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah, tetapi betapa saya sangat menyesali bahwa tulisan tersebut hilang, saya tidak tahu kemana sisanya ….  

Kemudian kita selalu berbicara tentang Hasan Al Banna Rahimahullah, maka saya katakan kepada saudara-saudaraku, saudara-saudara salafiyin, di depan semua kaum muslimin: seandainya Syaikh Hasan Al Banna –rahimahullah- tidak memiliki jasa dan keutamaan terhadap para pemuda muslim selain bahwa beliau menjadi sebab yang mengeluarkan mereka dari tempat-tempat hiburan, bioskop dan kafe-kafe yang melalaikan, lalu mengumpulkan dan mengajak mereka di atas dakwah yang satu, yakni dakwah Islam, –seandainya beliau tidak memiliki lagi keutamaan kecuali hanya perkara ini-, maka ia sudah cukup sebagai satu keutamaan dan kemuliaan. Ini saya katakan bersumber dari sebuah keyakinan, dan bukan untuk mencari muka dan tidak pula sekedar basa-basi”. (Lihat Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 50)

Teks Asli:

الألباني يثنـي على حسن البنا ويذكر فضله

على الشباب المسلم

قال الشيخ الألباني رحمه الله :

وكانت لي بعض [ كلمة غير واضحة ] الكتابية التـحريرية ، مع الأستاذ الشيخ حسن البنا   رحمه الله ولعل بعضكم – بعض الحاضرين منكم – يذكر أنه حينما كانت مجلة ( الإخوان المسلمون )  تصدر في القاهرة، وهي التي تصدر طبعاً عن جماعة الإخوان المسلمين، كان الأستاذ سيد سابق بدأ ينشر مقالات له في فقه السنّة، هذه المقالات التي أصبحت بعد ذلك كتاباً ينتفع فيه المسلمون الذين يتبنون نهجنا من السير في الفقه الإسلامي على الكتاب والسنة .

     هذه المقالات التي صارت فيما بعد كتاب ( فقه السنة ) لسيد سابق، كنتُ بدأت في الاطلاع عليها، وهي لمّا تُجمع في الكتاب، وبدت لي بعض الملاحظات، فكتبتُ إلى المجلة هذه الملاحظات، وطلبتُ منهم أن ينشروها فتفضلوا، وليس هذا فقط ؛ بل جاءني كتاب تشجيع من الشيخ حسن البنا رحمه الله ، وكم أنا آسَف أن هذا الـكتاب ضاع مني ولا أدري أين بقي..

ثم نـحن دائماً نتـحدث بالنسبة لحسن البنا – رحمه الله – فأقول أمام إخواني ، إخوانا السلفيين، وأمام جميع المسلمين ، أقول: لو لم يكن للشيخ حسن البنا – رحمه الله – من الفضل على الشباب المسلم سوى أنه أخرجهم من دور الملاهي في السينمات ونـحو ذلك والمقاهي، وكتّلهم وجمعهم على دعوة واحدة، ألا وهي دعوة الإسلام ، لو لم يكن له من الفضل إلا هذا لكفاه فضلاً وشرفاً..هذا نقوله معتقدين ، لا مرائين، ولا مداهنين.

Kedua:

Berkata Syaikh Abdullah bin Al Jibrin Rahimahullah:

“Ada kaum yang sibuk terhadap sebagian orang yang sudah wafat semisal Sayyid Quthb dan Hasan Al Banna. Yang wajib adalah mengoreksi kesalahan mereka (Al Banna dan Sayyid) dan memperingatkan darinya, ada pun kebaikannya maka janganlah ditutup-tutupi, dan janganlah mencela mereka karena kesalahan-kesalahan itu atau ketergelincirannya, karena mereka memiliki banyak kebaikan …..

Jika mereka (kaum itu) hanya menyebutkan kejelekan dan melupakan kebaikannya, maka benarlah apa yang dikatakan oleh penyair:

Melupakan kebaikan adalah kesombongan yang memberatkan 

            Namun dia tidak lupa dengan kejelekan walau sebesar atom

Maka, wajib memurnikan kesalahan mereka dan memperingatkan darinya, dan ilmu-ilmu mereka yang lainnya dapat diambil faidahnya …” (Lihat Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 51)

(Syaikh Ibnu Al Jibrin termasuk yang memberikan pembelaan terhadap Syaikh Al Banna dan Sayyid Quthb beberapa kali)

Teks Asli:

قال الشيخ ابن جبرين حفظه الله :

( هناك قوم اشتغلوا ببعض الأموات، مثل: سيد قطب، وحسن البنا.

الواجب أنهم يُلخّصون أخطاءهم ويـحذِّرون منها، وأما حسناتهم فلا يدفنوها، ولا يَقدح فيهم لأجل تلك الأخطاء أو تلك الزلات، لأن لهم حسنات..

إذا كانوا يذكرون السيئات، وينسون الحسنات؛ صدق عليهم قول الشاعر:

ينسى من المعروف طوداً شامخاً…. وليس ينسى ذرة ممن أساء فيـجب أ ن تُلخَّص الأخطاء، وأن يـحذَّر منها، وبقية علومهم يُستفاد منهم )

Ketiga:

Pendapat Al ‘Allamah Abdullah bin Qu’ud Tentang Syaikh Al Banna dan Al Ikhwan

Berkata Syaikh Abdullah bin Qu’ud Hafizhahullah (anggota Lajnah Daimah di Kerajan Saudi Arabia):

            “Bagi saya, sesungguhnya Al Banna Rahimahullah Ta’ala telah menjalankan tugasnya, saya harap semoga Allah mengampuninya dan melipatgandakan pahala baginya.

Pada kenyataannya, dialah yang menggerakan dakwah di Mesir dan menyebarkannya ke luar Mesir di atas sesuatu yang masih ada kekurangan, tetapi dia telah mendahului. Dia telah mendahului dalam mentarbiyah para pemuda dan dalam menggerakan para pemuda dan manusia.

Rabb kita telah memuliakan mereka lebih banyak dari sebelumnya. Lalu  pemuda sekarang  menjadi pemuda sunah yang  lebih banyak daripada sebelumnya,  dan pemuda yang memiliki komitmen  lebih banyak daripada sebelumnya, dan kebaikan pada mereka lebih banyak daripada  permulaan masa (Al Ikhwan), tanpa diragukan lagi.  Tapi mereka (Al Ikhwan) memulai pada saat hampir belum ada apa-apa, maka janganlah manusia   melupakan keutamaan yang mereka miliki …” sumber: kaset Washaya Lid Du’ah, Juz. 2. (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyah, Hal. 53)

Teks Asli:

رأي العلامة ابن قعود رحمه الله

في حسن البنا

قال العلامة عبد الله بن قعود رحمه الله :

وأنا عندي أن البنا رحمه الله تعالى قام بدور أرجو الله أن يغفر له وأن يضاعف أجره ، والحقيقة أنه حرَّك الدعوة في مصر وانتشرت منه إلى غير مصر على ما له فيه من نقص لكن له السبق ، له السبق في تربية الشباب وفي تـحريك الشباب والناس

 إذا ربنا أكرمهم أكثر مما كانوا فالشباب الآن أصبحوا شباب سنة أكثر من ذي قبل وشباب التزام أكثر من ذي قبل والخير فيهم أكثر مما كان في بدايات ( الإخوان ) بلا شك لكن هناك بدؤوا في وقت تكاد تكون لا شيء ، فلا ينسى للناس فضلهم .

المرجع : شريط ( وصايا للدعاة – الجزء الثاني ) للشيخ العلامة عبد الله بن حسن                    ابن قعود رحمه الله

  1. Untuk Syaikh Sayyid Quthb Rahimahullah ……..

Pertama:

Saya tidak membaca tafsir Sayyid Quthb (Fi Zhilail Quran) tetapi saya pernah membaca sesuatu darinya, sebuah tafsir yang agung dan bermanfaat  namun tidak lepas dari kesalahan

(Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah)

Pertanyaan: “Wahai Syaikh, saya adalah seorang penuntut ilmu, saya ingin agar Anda berkomentar tentang tafsir Sayyid Quthb, dari sisi aqidah khususnya surat Al Ikhlas dan Al Mujadilah, dan ayat: “maa yakuunu min najwaa tsalaatsatin …., dan seterusnya?

Samahatusy Syaikh menjawab:

Saya tidak membaca tafsir Sayyid Quthb,  ketika saya membaca sesuatu darinya, tafsir ini begitu agung dan bermanfaat, namun tidak lepas dari salah dan kekeliruan. Tetapi saat ini saya tidak akan mengomentari sesuatu yang Anda tanyakan ….. hal itu membutuhkan muraja’ah (penelaahan), maka untuk saudara penanya kembali lagi ke saya – Insya Allah- dua atau tiga hari lagi, semoga bisa memberi manfaat kepada Anda … (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 40)

Teks Asli:

ما قرأت تفسير سيد قطب (في ظلال القرآن)

لكن قرأت شيئا منه ، والتفسير عظيم ومفيد

لكن لا يخلو من أخطاء

الشيخ عبد العزيز بن باز

السؤال: يا شيخ أنا طالب علم، وأريد قولاً من سماحتكم في تفسير سيد قطب من ناحية العقيدة ، وخاصة سورة الإخلاص، وسورة المجادلة، وآية قوله تعالى: ( ما يكون من نــجوى ثلاثة…) ، إلى آخره ..؟

فأجاب : سماحة الشيخ عبد العزيز بن باز رحمه الله :

ما قرأت تفسير سيد قطب، بينما قرأت شيئاً منه .

والتفسير عظيم ومفيد ، ولكنه لا يخلو من أخطاء ومن أغلاط ، ولكني لا أذكر الآن شيئاً يتعلق بما سألتَ عنه..

يـحتاج إلى مراجعة..

فالسائل راجعني- إن شاء الله- بعد يومين أو ثلاثة حتى نفيدك

الإمام عبد العزيز بن باز رحمه الله

Kedua:

 Apa Pendapat Anda Tentang Kitab Fi Zhilalil Quran?

Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Rahimahullah

Al Mustafti (peminta fatwa/penanya) bertanya: “Apa pendapat anda tentang kitab Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Quran, diketahui bahwa kitab ini terdapat aqidah wihdatul wujud?”

Syaikh Utsaimin menjawab: “Ini merupakan dakwaan bahwa dalam kitab tersebut terdapat aqidah wihdatul wujud, jika benar maka itu termasuk kekufuran yang besar. Tapi, kami katakan kepada orang yang mendakwa demikian: tunjukan buktinya …. Tunjukkan bukti atas apa yang Anda katakan bahwa pada kitab ini terdapat perkataan wihdatul wujud atau pernyataan wihdatul wujud.

Bagaimana pun juga saya belum membaca kitab ini, tetapi sebagian ulama kita yang mulia telah membacanya, dan kitab ini memiliki pembahasan yang baik sejauh yang kami dengar dari saudara-saudara kami, dan pada sebagian lain ada kesalahan.

Ibnu Rajab Rahimahullah –salah seorang ulama Hanabilah dan termasuk murid Ibnul Qayyim- mengatakan dalam kitabnya Al Qawaid Al Fiqhiyah:  (Allah menolak kemaksuman pada kitab selain kitabNya, yang pertengahan adalah bahwa kesalahan seseorang yang sedikit dimaafkan  dihadapan kebenarannya yang banyak) itulah yang objektif.

Siapakah yang selamat dari kesalahan? Setiap manusia punya kesalahan, dan sebaik-baik yang membuat kesalahan adalah yang mau kembali kepada kebenaran. Maka, sebuah kitab pasti ada kesalahan dan kebenaran. Kita menerima kesalahan dan menolak …..( Syaikh meralat) kita menerima kebenaran dan menolak kesalahannya.

(penanya bertanya dengan suara tidak jelas, terdengar tentang tafsir surat Qul Huwallahu Ahad)

Syaikh Ibnu Utsaimin: “Tafsir Qul Huwallahu Ahad, saya katakan bahwa saya belum membaca kitabnya, tetapi  tunjukan kepada saya sekarang, saya tunggu ….”

(penanya memutus dengan perkataan yang tidak jelas)

Syaikh Ibnu Utsaimin: “Hah? Bagaimana? (penanya terus berkata terputus-putus dan tidak jelas)

Syaikh Ibnu Utsaimin: “Bagaimana pun juga saya tidak akan berkata apa-apa, saya tidak akan berkomentar sebelum menyaksikan dengan mata sendiri masalah yang membahayakan. Saya katakan kepada kalian jika nampak adanya kesalahan dari seorang yang ‘alim dan dikenal sebagai penasihat umat, jika keluar darinya sesuatu yang samar antara benar dan batil, maka berikanlah interpretasi yang baik …

Penanya:  …….. aqidah ya syaikh!!

Syaikh Ibnu Utsaimin:  “Aqidah atau selain aqidah!! Jika sesuatu yang dikenal sebagai penasihat umat, dan ucapannya disegani dengan jelas, maka bawalah dengan pemahaman yang baik. Ambilah pelajaran dari keadaan seseorang , ambillah pelajaran dari keadaan seseorang.”

Aku katakan kepada kalian pada acara ini: saat ini telah ada manusia –semoga Allah memberi petunjuk kepada kami dan mereka.    Mereka mengorek kejelekan  para ulama dan menyebarkannya, dan mereka mendiamkan kebaikan-kebaikannya yang jauh berlipat-lipat dibanding kejelekannya  ….

Penanya:   ………. aqidah ya Syaikh!!

Syaikh Ibnu Utsaimin melanjutkan: “ini keliru …. keliru!  Aqidah –barakallahu fiik–  adalah seperti selainnya, dari sisi bahwa di dalamnya juga terjadi kesalahan. Apakah Anda tidak tahu para ulama berbeda pendapat dalam kekekalan neraka? Apakah dia kekal atau tidak? Baik dari salaf dan khalaf, dan perkara ini aqidah atau  selain aqidah? Aku Tanya Anda!! Aqidah, dan mereka telah berselisih pendapat.

(Syaikh Ibnu Utsaimin meneruskan): Ash Shirath yang diletakan di neraka jahanam, apakah dia jalanan? Seperti jalanan lainnya, ataukah dia sesuatu yang lebih halus dari rambut dan ujung pedang? Ini juga terjadi perbedaan pendapat.

Penanya memutus pembicaraan: !!!!

Syaikh Ibnu Utsaimin tetap meneruskan: Dengarkan!! Yang ditimbang pada hari kiamat itu amalnya atau pemilik amal? Atau lembaran-lembaran amal?

(Penanya memutus dengan ucapan yang tidak jelas)

Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab: “Saya ceritakan kepada Anda tentang perselisihan (khilaf), apakah Rasul pernah melihat Rabbnya atau tidak? Apakah ruh kembali ke badan dalam kuburanya dan azabnya dirasakan badan dan ruh sekaligus? Semua ini masalah aqidah.

(penanya berbicara dengan suara tidak jelas)

Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab: “Baiklah, saya berikan kepada Anda sebuah kaidah dalam perkara pengingkaran terhadap al istawa (bersemayam) dan sifat-sifat lainnya. Barang siapa yang mengingkari karena menolak sifat, maka dia mendustakan Al Quran, barang siapa yang mengkarinya karena takwil, maka lihat dulu takwilnya! 

Syaikh bertanya: “Mengerti kamu? Sendainya ada orang mengatakan: Allah tidak bersemayam di atas ‘Arsy, ini merupakan pengingkaran atau penafsiran/takwil?”

Penanya menjawab: “Pengingkaran.”

Syaikh membenarkan jawaban si penanya: “Ya pengingkaran,  ini kafir sebab dia mendustakan Al Quran. Sedangkan orang yang mengatakan sesungguhnya Allah istawa (bersemayam) di atas ‘Arsy, mengartikan istawa dengan istawla (menguasai), apakah ini pengingkaran?”

Seorang di antara mereka menjawab:  “Itu penakwilan.”

Syaikh membenarkan jawaban itu: “Ya takwil, lihatlah apakah orang yang memberikan takwil itu dikatakan kafir, fasiq, atau diberikan ‘uzur (kemaafan), coba lihat ..ya.”

Penanya berkata: “Apakah kita boleh mengucapkan ‘rahimahullah’ atasnya? ….. atas Sayyid?

Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab: “Sehubungan dengan ini, saya katakana bahwa tergesa-gesa dalam membid’ahkan, memfasikan, dan mengkafirkan adalah haram, tidak boleh. Sebagaimana tidak bolehnya tergesa-gesa dalam menghalalkan dan mengharamkan. Hati-hatilah mengatakan atas nama Allah terhadap apa-apa yang kalian tidak tahu, sesungguhnya Allah mengharamkan hal itu.  Allah Ta’ala berfirman: Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al A’raf: 33)

            Hukum dalam takfir, khususnya takfir terhadap seseorang, harus dikaitkan pada dua hal:

Pertama, kita mengetahui dalil-dalil yang menunjukkan perkara yang kita ingkari adalah perkara yang menyebabkan kekafiran. Betapa banyak manusia menyangka sesuatu yang dikiranya sebagai kekafiran padahal tidak, maka wajib bagi kita mengatahui dalil-dalil yang menunjukkan bahwa   perbuatan atau perkataan ini adalah membawa kekafiran.

Kedua, hendaknya kita mengetahui bahwa si pengucap atau si pelaku bukanlah termasuk yang mendapatkan ‘uzur dengan perkataan dan perbuatannya itu. Karena, orang yang telah mengatakan perkataan yang kufur telah mendapatkan ‘uzur,  baik karena  dia bodoh, atau dia mentakwil, atau dia mengucapkannya secara reflek, seperti karena sangat marah   atau sangat  bahagia, atau yang serupa dengan itu. Tidaklah perkataan itu menjadi kufur, dan telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwa beliau bersabda: “Milik Allah-lah kebahagiaan yang sangat …..”   (rekaman berakhir). (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 42-44)

  

Teks Asli:

ما رأيكم في كتاب سيد قطب ( في ظلال القرآن )  ؟!

الشيخ محمد بن عثيمين

يسأل المستفتي: ما رأيكم في كتاب سيد قطب في ظلال القرآن مع أن العلم أن في هذا الكتاب عقيدة وحدة الوجود ؟!

أجاب الشيخ ابن عثيمين رحمه الله :

هذه دعوى أن في الكتاب عقيدة وحدة الوجود ، لأن هذا لو ثبت لكان من أعظم الكفر، لكن نقول لهذا القائل المدعي : هات البينة .. هات البينة على ما قلت أن هذا الكتاب فيه القول بوحدة الوجود أو تقرير وحدة الوجود .

   

 الكتاب على كل حال أنا لم أقرأه ، لكن قرأت بعض المؤاخذات عليه من بعض علمائنا الأفاضل، وهو في بعض المباحث له مباحث جيدة حسب ما نسمع من بعض الإخوان ، وفي بعض الأشياء له أخطاء .

وقد قال – ابن رجب رحمه الله – وهو من علماء الحنابلة من تلاميذ ابن القيم قال في كتابه القواعد الفقهية ( يأبى الله العصمة لكتاب غير كتابه ، والمنصف من اغتفر قليل خطأ المرء في كثير صوابه ) هذا المنصف .

     

من يسلم من الخطأ ؟! كل بني آدم خطاء وخير الخطائين التوابون الرجّاعون إلى الحق ، فالكتاب فيه أخطاء ، وفيه صواب ، فنقبل الخطأ ونـرد.. [ يصحح الشيخ ] فنقبل الصواب ونرد الخطأ.

يسأل المستفتي : [ غير واضح كلام السائل ، يبدوا أنه عن تفسيره سورة ( قل هو الله أحد ) ] الشيخ ابن عثيمين : تفسيره سورة ( قل هو الله أحد ) أنا قلت أنا ما قرأت الكتاب ، لكن أعطنا إياه الآن ننظر ..

يقاطع المستفتي : بكلام غير واضح

الشيخ ابن عثيمين : هاه ؟! كيف ؟!   السائل مستمر بالمقاطعة بكلام غير واضح

الشيخ ابن عثيمين : على كل حال ما نقول شيء ، لا نقول شيئاً حتى نشهد بأعيننا لأن المسألة خطيرة جداً، وأنا أقول لكم إذا صدر من عالم معروف بالنصح للأمة ، إذا صدر منه ما يوهم الحق وما يوهم الباطل ، فاحمله على أحسن المحملين

يقاطع المستفتي : ..عقيدة يا شيخ !!…

الشيخ ابن عثيمين : عقيدة أو غير عقيدة!! ، إذا ما عرف بالنصح للأمة ؛ وكلامه محتمل مهوب صريـح ، احمله على أحسن المحملين ، اعتباراً بحال الرجل ؛ اعتباراً بحال الرجل.

  

وأنا أقول لكم بالمناسبة: يوجد الآن أناس نسأل الله لنا ولهم الهداية ، يتتبعون السيئات من العلماء ؛ ثم يبرزونها ويسكتون عن الحسنات التي هي أضعاف أضعاف هذه السيئات

يقاطع المستفتي: … عقيدة يا شيخ!!!

يستمر الشيخ ابن عثيمين : هذا خطأ .. هذا خطأ ، العقيدة – بارك الله فيك – كغيرها ، من حيث أنه قد يقع فيها الخطأ ،

ألم تعلم أن العلماء اختلفوا في أبَدِيَّة النار؟!! هل هي أبدية.. هل هي مؤبدة أو غير مؤبدة؟! من السلف و الخلف وهذه عقيدة أو غير عقيدة ؟!! أسألك !! عقيدة و اختلفوا فيها.

[يستمر الشيخ ابن عثيمين] : الصراط الذي يوضع على جهنم هل هو صراط طريق؟ كغيره من الطرق؟! أو أدق من الشعره وأحد من السيف؟! فيه خلاف.

يقاطع المستفتي : !!!!

يستمر الشيخ ابن عثيمين : اسمع ، الذي يوزن يوم القيامة هل هو الأعمال أو صاحب العـمل أو صحائف الأعمال  ؟

يقاطع السائل : بكلام غير واضح

يـجيب الشيخ ابن عثيمين : أنا أحكي لكم الخلاف ، هل رأى الرسول ربه أم لم يره؟! هل تعاد الروح إلى البدن في القبر ويكون عذابها على البدن والروح أو على الروح وحدها ؟! كل هذي مسائل عقيدة .

يسأل المستفتي: بكلام غير واضح.

يـجيب الشيخ ابن عثيمين : طيب . أنا أريد أن أعطيكم قاعدة في مسألة نفي الاستواء وغيرها من الصفات. من نفى الصفات نفي إنكار فهو مكذب للقرآن ، ومن نفاها نفي تأويل ؛ فينظر في تأويله.

يسأل الشيخ السائل : عرفت؟!  يعني مثلاً إذا قال قائل: إن الله لم يستو على العرش!

يسأل الشيخ ابن عثيمين: هذا نفي إيش؟!

إنكار أو تأويل؟!

يـجيب المستفتي: إنكار .

يصحح إجابته الشيخ ابن عثيمين : إنكار ، هذا كافر لأنه كذب القرآن ، ومن قال إن الله استوى على العرش لكن استوى بمعنى استولى يسأل الشيخ: هذا نفي..؟!

يـجيب أحدهم : تأويل.

يصححه الشيخ ابن عثيمين : تأويل ، فينظر هل يوجب تأويله هذا الكفر أو الفسوق أو يعذر فيه ، ينظر ، إي نعم.  

( كلام غير واضح)

يسأل المستفتي : هل يـجوز الترحم عليه ؟! … على سيد.

يـجيب الشيخ ابن عثيمين : أقول : بالنسبة للتسرع في التبديع والتفسيق والتكفير حرام لا يـجوز، كما أن التسرع في التـحليل والتـحريم حرام.  احذر أن تقول على الله ما لا تعلم ، فإن الله حرم ذلك ( قل إنما حرم ربي الفواحش ما ظهر منها وما بطن والإثم والبغي بغير الحق وأن تشركوا بالله مالم ينزل به سلطاناً وأن تقولوا على الله ما لا تعلمون ).

والحكم بالتكفير ، تكفير الشخص ، يتعلق به أمران لا بد منهما :

الأمر الأول: أن نعرف أن الأدلة دلت على أن هذا الذي كفرناه من أجله كفر ، وكم من أشياء يظن الإنسان أنها كفر وليست بكفر ، فلا بد أن نعلم أن الأدلة دلت على أن هذا الفعل أو هذا القول كفر.

الشيء الثاني: أن نعلم أن هذا القائل لهذا المقالة أو الفاعل لهذا الفعل لا يعذر بقوله ، ولا بفعله ، لأنه قد يقول الإنسان مقالة الكفر فيكون معذوراً إما بجهل أو تأويل أو حال طرأت عليه، كغضب شديد أو فرح شديد أو ما أشبه ذلك ، ولاتكون الكلمة بحقه كفراً ثبت عن النبي عليه الصلاة والسلام أنه قال : لله أشد فرحاً … ( ينتهي التسجيل )

Ketiga:

Dialog Seputar Sayyid Quthb

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah

Ada orang bertanya:  “Saya berharap bisa bertanya satu pertanyaan saja, sekali lagi apa komentar Anda tentang Ma’alim Fith Thariq, apakah dia buku tauhid dengan gaya modern?

 Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah menjawab:

“Saya katakan bahwa dalam kitab tersebut terdapat pembahasan yang sangat berharga.    Saya kira nama penjudulan seperti Laa Ilaha illallah Minhajul Hayah, inilah yang saya katakan ….

Yang saya katakan tadi, dan yang semisal dikatakan oleh orang-orang di Syam kepada kami (perkataan tidak jelas) dia bukanlah seorang ulama, tetapi dia memiliki perkataan yang memiliki cahaya dan ilmu, semisal: manhaj hayah ..

Saya yakin, sesungguhnya penjudulan ini banyak dari saudara kami para salafiyin tidak memiliki kepandaian  terhadap maknanya, bahwa (Laa Ilaha Illallah adalah manhaj kehidupan). referensi: kaset caramah Syaikh Al Albani berjudul Al I’tidali Juz. 1.  (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 48)

Teks Asli:

فكنت أتمنى سؤال واحد فقط ، هل قلتم مرة أن ( معالم في الطريق ) هو توحيد كُتب بأسلوب عصري؟

 فقال فضيلة الشيخ محمد ناصر الدين الألباني- رحمه الله    :

أنا أقول إنه في هذا الكتاب فصل قيّم جداً، أظن عنوانه: ( لا إله إلا الله، منهج حياة ) هذا الذي أقوله..

وأنا قلتُ آنفاً، ومثل ما يقولوا عندنا بالشام [غير واضح] الرجل ليس عالماً، لكن له كلمات عليها نور، عليها علم.. مثل : منهج حياة..

أنا أعتقد إن العنوان هذا كثير من إخوانا السلفيين ما تبنوا معناه، أنه ( لا إله إلا الله منهج حياة ) .

المرجع : شريط ( الاعتدال ) للشيخ الألباني ، الجزء الأول

Keempat:

Al ‘Allamah Al Albani: Sayyid Quthb Memperbarui Da’wah Islam dalam Dada Para Pemuda

Beliau ditanya tentang kitab Sayyid Quthb (Jahiliyah Abad 20), Syaikh menolak abad 20 disifati dengan jahiliyah, kemudian dia berkata:

“Kemudian, pada ucapan Sayyid Quthb Rahimahullah dan pada sebagian karyanya terkandung di dalamnya pembahasan yang begitu menyentuh, bahwasanya beliau dalam menjelaskan kepada manusia dibarengi semangat menggelora terhadap Islam, semoga itu adalah sebagai ‘uzur baginya, beliau menulis dengan bahasa sastra, lalu pada sebagian masalah fiqih seperti pembicaraannya tentang hak para pekerja dalam kitab Al ‘Adaalah Al Ijtima’iyah, dia menulis tentang tauhid  dengan kata-kata yang  begitu kuat yang  menghidupkan jiwa orang-orang beriman yang percaya dengan agama dan keimanan mereka. Maka, itulah yang melatarbelakangi kenyataan bahwa dia telah memperbaharui dakwah Islam di dalam dada para pemuda. Jika kami menemukan kadang-kadang bahwa   beliau memiliki sebagian perkataan yang menunjukkan bahwa beliau tidaklah terbantu oleh waktu untuk melepaskan pemikirannya pada sebagian permasalahan yang dahulu pernah ditulisnya atau dibicarakannya.” Referensi: Hayatu Al Albani wa Aatsaruhu wa Tsana’u Al ‘Ulama ‘Alaih, Juz. 1. disusun oleh Muhammad bin  Ibrahim Asy Syaibani.  (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 49)

 

Teks Asli:

العلامة الألباني : سيد قطب جدد دعوة الإسلام

في قلوب الشباب

سئل عن كتاب سيد قطب : ( جاهلية القرن العشرين )  فأنكر الشيخ أن يوصف القرن العشرين بالجاهلية ثم قال : ( ثم إن في كلام سيد قطب رحمه الله وفي بعض تصانيفه مما يشعر الباحث أنه كان قد أصابه شيء من التـحمس الزائد للإسلام في سبيل توضيـحه للناس ، ولعل عذره في ذلك أنه كان يكتب بلغة أدبية ، ففي بعض المسائل الفقهية كحديثه عن حق العمال في كتابه : ( العدالة الاجتماعية ) أخذ يكتب بالتوحيد وبعبارات قوية تـحيي في نفوس المؤمنين الثقة بدينهم وإيمانهم ، فهو من هذه الخلفية في الواقع قد جدد دعوة الإسلام في قلوب الشباب وإن كنا نلمس أحياناً أن له بعض الكلمات تدل على أنه لم يساعده وقته على أن يـحرر فكره من بعض المسائل التي كان يكتب حولها أو يتـحدث فيها ) ا.هـ

المرجع: كتاب (حياة الألباني وآثاره وثناء العلماء عليه) تصنيف محمد بن إبراهيم الشيباني ، الجزء الأول