Home TJ FIQIH IBADAH TJ FIQIH SHALAT

Shalat Sunnah Rawatib

434
SHARE
Shalat Sunnah Rawatib

Pertanyaan:
Shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah dalam shalat wajib itu ada 10 atau 12 rakaat, ya Ustadz? Terus kalau waktu ‘Ashar datang ke masjid, berarti kita lebih sunnah niat shalat tahiyatul masjid daripada shalat sunnah qabliyah ‘Ashar, ya Ustadz?

Jawaban Ust. Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah:

Definisi:

Tertulis dalam Al Mausu’ah:

وهي السنن التابعة للفرائض ، ووقتها وقت المكتوبات التي تتبعها

Ini adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat-shalat wajib, dan waktunya adalah bersama shalat wajib yang diiringinya. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/44)

Macam-macamnya

Secara global ada dua macam:

Qabliyah, yaitu shalat sunnah rawatib yang dilaksanakan sebelum shalat wajib.

Ba’diyah, yaitu shalat sunnah rawatib yang dilaksanakan sesudah shalat wajib.

Perinciannya sebagai berikut:

1. Dua rakaat sebelum Shubuh, atau nama lainnya shalat sunnah fajar.

Dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Dua rakaat (sebelum) fajar lebih baik dibanding dunia dan isinya. (H.R. Muslim No. 725)

2. Rawatib Zhuhur, ada tiga model:

Pertama. Dua rakaat sebelum Zhuhur dan dua rakaat setelahnya.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشر ركعات: ركعتين قبل الظهر، وركعتين بعدها………..

Aku hafal dari Nabi ﷺ sepuluh rakaat (shalat sunnah): “Dua rakaat sebelum Zhuhur dan dua rakaat setelahnya … (H.R. Al Bukhari No. 1180)

Kedua. Empat rakaat sebelum Zhuhur dan dua rakaat setelahnya.

Dari Ali Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

كان النبي صلى الله عليه و سلم يصلي قبل الظهر أربعا وبعدها ركعتين

Dahulu Nabi ﷺ shalat sebelum Zhuhur empat rakaat dan dua rakaat setelahnya. (H.R. At Tirmidzi No. 424, katanya: hasan. Ahmad No. 1375. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: isnadnya kuat. Ta’liq Musnad Ahmad No. 1375. Syaikh Al Albani menshahihkan. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 424)

Ketiga. Empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat setelahnya.

Dari Ummu Habibah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Nabi ﷺbersabda:

من صلى قبل الظهر أربعًا وبعدها أربعًا حرمه الله على النار

Barang siapa yang shalat sebelum Zhuhur empat rakaat dan setelahnya empat rakaat, maka Allah haramkan baginya neraka. (H.R. At Tirmidzi No. 427, katanya: hasan. Ibnu Majah No. 1160, An Nasa’i No. 1814, Abu Daud No. 1269. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam banyak kitabnya)

3. Rawatib ‘Ashar 

Pertama. Empat rakaat sebelum ‘Ashar. Dalilnya adalah:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata: Bersabda Rasulullah ﷺ : “Semoga Allah meramati seseorang yang shalat  empat rakaat sebelum ‘Ashar. (H.R. Abu Daud No. 1273, At Tirmidzi No. 430, katanya: hasan. Syaikh Al Albani juga menyatakan hasan. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 430)

Kedua. Dua rakaat sebelum ‘Ashar. Dalilnya adalah:

عَنْ عَلِىٍّ  أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُصَلِّى قَبْلَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, bahwasanya Nabi ﷺ dahulu shalat dua rakaat sebelum ‘Ashar. (H.R. Abu Daud No. 1274. Imam An Nawawi mengatakan: shahih. Lihat Khulashah Al Ahkam No. 1821)

Sedangkan keberadaan dua rakaat setelah ‘Ashar telah terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Insya Allah akan kami bahas nanti.

4. Rawatib Maghrib

Pertama. Dua rakaat sebelum Maghrib, ini sunnah ghairu muakkadah (tidak ditekankan)

Dari Abdullah Al Muzani, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

صَلُّوا قَبْلَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً

Shalatlah kalian sebelum shalat Maghrib, lalu Nabi mengatakan lagi yang ketiga kalinya: “Bagi yang mau.” Dia khawatir manusia menjadikannya sebagai sunnah (kebiasaan). (H.R. Al Bukhari No. 1183)

Ini menunjukkan bahwa qabliyah Maghrib memang ada tetapi tidak sampai ditekankan (ghairu muakkadah), bagi yang mau saja. Wallahu A’lam.

Abu Tamim Al Jaisyani pernah shalat dua rakaat sebelum Maghrib, ketika ia ditanya tentang shalat apa itu, ia menjawab, “Ini adalah shalat yang kami lakukan pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (H.R. An Nasa’i No. 578, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 475, dalam kitab ini juga disebutkan Uqbah bin ‘Amr Al Juhani shalat sebelum Maghrib)

Dari ‘Ashim, bahwa Ubai bin Ka’ab dan Abdurrahman bin ‘Auf ketika terbenam matahari mereka shalat doa rakaat sebelum Maghrib. (H.R. Ahmad No. 20355, Al Mushannaf Ibni Abi Syaibah No. 251, di kitab ini juga disebutkan Abdurrahman bin Abi Laila shalat dua rakaat sebelum Maghrib)

Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah shalat dua rakaat sebelum Maghrib.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: “Kami shalat dua rakaat sebelum Maghrib dan Rasulullah melihat perbuatan kami itu, tetapi tidak menyuruh dan tidak pula melarang kami.”

Kedua. Dua rakaat setelah Maghrib

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma:

حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشر ركعات : ……. وركعتين بعد المغرب في بيته

Aku hafal dari Nabi ﷺ sepuluh raka’at (shalat sunnah): ….. dan dua rakaat setelah Maghrib di rumah … (H.R. Al Bukhari No. 1180) 

5. Rawatib Isya’

Pertama. Dua rakaat sebelum Isya’, ini tidak ditekankan (sunnah ghairu muakkadah)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah memasukan ini dalam ghairu muakkadah, kata beliau:

Empat rakaat sebelum Isya’ dan empat rakaat sesudahnya, dengan sekali salam, berdasarkan riwayat dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha bahwa Rasulullah ﷺ shalat sebelum Isya’ empat rakaat, lalu setelah Isya’ juga empat rakaat, kemudian dia berbaring.” (Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 2/227)

Dan, secara umum juga berdasarkan hadits ini:

بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ ثَلَاثًا لِمَنْ شَاءَ

Di antara setiap dua adzan ada shalatnya. (Nabi ulang tiga kali), bagi yang mau. (H.R. Al Bukhari No. 624)

Maksud di antara dua adzan adalah antara adzan dan iqamah. “Liman syaa’a-bagi yang mau” menunjukkan itu tidak ditekankan.

Kedua. Dua rakaat setelah Isya;, ini termasuk yang sunnah muakkadah.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma:

حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشر ركعات : …….  وركعتين بعد العشاء في بيته

Aku hafal dari Nabi ﷺ sepuluh raka’at (shalat sunnah): ….. dan dua rakaat setelah Isya’ di rumah … (H.R. Al Bukhari No. 1180)

Demikianlah shalat sunnah rawatib yang senantiasa ada tiap harinya mengiringi shalat wajib. Namun, dari sekian banyak itu tidak semua yang masuk kategori muakkadah (ditekankan). Mayoritas ulama mengatakan sepuluh rakaat saja, sebagian ulama menyebut dua belas rakaat.

 Tertulis dalam Al Mausu’ah:

ذهب جمهور العلماء إلى أن الرواتب المؤكدة عشر ركعات ، ركعتان قبل الصبح ، وركعتان قبل الظهر ، وركعتان بعدها ، وركعتان بعد المغرب ، وركعتان بعد العشاء ؛ لما ورد عن ابن عمر رضي الله عنهما أنه قال : حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشر ركعات : ركعتين قبل الظهر ، وركعتين بعدها ، وركعتين بعد المغرب في بيته ، وركعتين بعد العشاء في بيته ، وركعتين قبل الصبح

Mayoritas ulama berpendapat bahwa rawatib yang muakkadah ada sepuluh rakaat, yaitu dua rakaat sebelum Shubuh, dua rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat setelah Zhuhur, dua rakaat setelah Maghrib, dan dua rakaat setelah Isya’. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata: “Aku hafal dari Nabi ﷺ sepuluh rakaat: dua rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat setelah Zhuhur, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya’, dan dua rakaat sebelum Shubuh.” (Al Mausu’ah, 22/44)

Adapun yang dua belas rakaat berdasarkan hadits berikut:

ما من عبد مسلم يصلي لله كل يوم ثنتي عشرة ركعة تطوعا غير فريضة إلا بنى الله له بيتا في الجنة

Tidaklah seorang hamba muslim yang shalat karena Allah, sebanyak dua belas rakaat sunnah sehari semalam selain shalat wajibnya, melainkan Allah akan buatkan baginya rumah di surga. (H.R. Muslim No. 728)

Dua belas rakaat ini didapatkan dari sepuluh rakaat di atas (hadits Ibnu Umar), dengan dua rakaat sebelum Zhuhur. Hal ini sebagaimana dikatakan Imam Al Baihaqi berikut:

باب مَنْ قَالَ هِىَ ثِنْتَا عَشْرَةَ رَكْعَةً فَجَعَلَ قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعًا

Bab tentang Orang yang Mengatakan Dua Belas Rakaat Itu dengan Menjadikan sebelum Zhuhurnya Empat Rakaat. (As Sunan Al Kubra No. 2/48)

Wallahu A’lam.