Home KONSULTASI SYARIAH TJ DZIKIR & DOA

Adakah Anjuran Shalawat untuk Para Sahabat Nabi?

779
SHARE

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum, Ustadz. Adakah anjuran (dalil) untuk bershalawat kepada sahabat Nabi? Karena contoh shalawat dalam shalat hanya anjuran bershalawat kepada Nabi dan keluarganya, tidak kepada para sahabat Nabi. Syukran, Ustadz.

Jawaban Ustadz Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah:

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Bershalawat kepada selain Nabi Muhammad ﷺ ada dua model:
1. Bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ saja, tanpa diikuti oleh selainnya. Seperti Allahumma shalli ‘ala Nabiyyina Muhammad, tidak ada perselisihan, pendapat ini disyariatkan.

2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, tapi diikuti oleh kepada selainnya. Seperti Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa Sallam. Ini ijma’ kebolehannya, berkata Imam Ibnu Katsir:

وأما الصلاة على غير الأنبياء، فإن كانت على سبيل التبعية كما تقدم في الحديث: ( اللهم، صل على محمد وآله وأزواجه وذريته ) ، فهذا جائز بالإجماع

Adapun bershalawat kepada selain para nabi, jika caranya dengan mengikuti setelah shalawat kepada Nabi sebgaimana dijelaskan dalam hadits: [Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aalihi wa azwaajihi wa dzurriyatihi], maka ini BOLEH menurut ijma’. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/477)

3. Bershalawat kepada SELAIN PARA NABI secara sendiri penyebutannya, seperti Allahumma Shalli ‘ala Fulan. Ini diperselisihkan ulama.

Sebagian ulama membolehkan berdasarkan ayat:

هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ

Dialah yang bershalawat kepada kalian [orang-orang beriman] dan malaikat-Nya [memohonkan ampunan untuk kalian]. (Q.S. Al Ahzab: 43)

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ

Mereka itulah yang mendapat shalawat yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka. (Q.S. Al Baqarah: 157)

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ

Ambillah zakat dari harta mereka, yang dengannya dapat menyucikan mereka dan membersihkannya, dan bershalawatlah [berdoa] kepada mereka, sebab doamu membuat mereka tenteram. (Q.S. At Taubah: 103)

Dalil lainnya hadits berikut:
Abdullah bin Abi Aufa bercerita:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتاه قوم بصدقتهم قال: ( اللهم صل عليهم ) وأتاه أبي بصدقته فقال: ( اللهم صل على آل أبي أوفى ).

Dahulu jika ada sekelompok kaum yang mendatangi Rasulullah ﷺ membayar zakat, maka beliau membaca: Allahumma shalli ‘alaihim. Ayahku pernah membayar zakat, beliau bersabda: Allahumma shalli ‘ala aali Abi Aufa. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Hadits lainnya:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- صَلِّ عَلَىَّ وَعَلَى زَوْجِى. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكِ وَعَلَى زَوْجِكِ

Dari Jabir bin Abdillah bahwa ada seorang wanita yang berkata kepada Nabi ﷺ: “Doakanlah aku, dan suamiku.” Maka Nabi ﷺ berdoa: Shallallahu ‘Alaiki wa ‘ala Zaujiki – Semoga Allah bershalawat kepadamu dan suamimu. (H.R. Abu Daud No. 1535, shahih)

Semua keterangan ayat dan hadits ini menunjukkan kebolehan bershalawat kepada selain Nabi dan Rasul, secara sendiri tanpa digandengkan dengan nama Nabi Muhammad ﷺ. Inilah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah. Beliau berkata:

والصلاة على غير الأنبياء تبعاً جائزة بالنص والإجماع لكن الصلاة على غير الأنبياء استقلالاً لا تبعاً هذه موضع خلاف بين أهل العلم هل تجوز أو لا ؟ فالصحيح جوازها ، أن يقال لشخص مؤمن صلى الله عليه

Bershalawat kepada selain para nabi dengan cara menggandengkan adalah boleh berdasarkan ijma’, tetapi selain para nabi secara sendiri maka ini zona yang diperselisihkan para ulama, boleh atau tidak? Yang benar adalah BOLEH, bahwasanya boleh dikatakan kepada seorang mu’min Shallallahu ‘Alaih. (Fatawa Nuur ‘Alad Darb, 11/13)

Hanya saja Syaikh Utsaimin tetap mengatakan TIDAK BOLEH jika hal itu menjadi syiar khusus yang jika disebut namanya maka kita menjawab Shallallahu ‘Alaihi.
Adapun MAYORITAS ulama mengatakan tidak boleh bershalawat kepada seseorang tanpa mengawalinya dengan Nabi ﷺ, sebab itu syiar para Nabi dan Rasul yang sudah melekat kepada mereka. Jika memang boleh, tentu sudah sejak dulu para sahabat menulis Abu Bakar Shallallahu ‘Alaih. Umar Shallallahu ‘Alaihi, dan seterusnya.
Adapun ayat-ayat dan hadits di atas, adalah tentang bershalawat (berdoa) secara umum, memang itu dibolehkan, bukan bermakna syiar shalawat kepada mereka lalu melekat kepada mereka.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah berkata:

وقال الجمهور من العلماء: لا يجوز إفراد غير الأنبياء بالصلاة ؛ لأن هذا قد صار شعارا للأنبياء إذا ذكروا

Berkata jumhur ulama: TIDAK BOLEH, menyebut selain para nabi secara menyendiri dengan shalawat, sebab hal ini telah menjadi syiar bagi para nabi jika disebut nama mereka. (Al Islam Su’aal wa Jawaab No. 96125)

Kemudian, apa makna TIDAK BOLEH bagi jumhur? Apakah haram atau makruh? Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:

واختلف في هذا المنع، فقال بعض أصحابنا: هو حرام، وقال أكثرهم: مكروه كراهة تنزيه، وذهب كثير منهم إلى أنه خلاف الأولى وليس مكروها، والصحيح الذي عليه الأكثرون أنه مكروه كراهة تنزيه لأنه شعار أهل البدع، وقد نهينا عن شعارهم.

Para ulama berbeda tentang makna larangan ini, sebagian sahabat kami [Syafi’iyah] mengatakan itu haram, mayoritas mengatakan makruh, banyak di antara mereka mengatakan itu menyelisihi hal yang utama, bukan makruh. Pendapat yang BENAR adalah itu makruh, dan merupakan syiarnya ahli bid’ah, dan kita dilarang mengikuti syiar mereka. (Al Adzkar, Hal. 85)

Ahli bid’ah yang mana yang dimaksud? Yaitu Syiah. Sebab mereka menyendiri dalam memberikan shalawat dan salam kepada Ali, Fathimah, Al Hasan, Al Husein, dan imam-imam mereka, dengan sebutan ‘Alaihissalam. Namun, sebagian Imam Ahlus Sunnah juga ada yang menyebut ahli bait dengan sebutan ‘Alaihissalam dalam kitab-kitab mereka. Ini memang diperselisihkan, masing-masing kelompok ada hujjah yang sama kuat.

Wallahu A’lam.

Wa yahdi ilaa sawaa’is sabiil.